Pose Bersama : Direktris Central Tenun Ikat "Ina Ndao", Dorce Lussi saat pose bersama peserta Field Trip dari Komunitas Flobamora Peace Generation. Sabtu (6/Juni 2010). Foto : Mas Boim
Flobamora Peace Generation (FPG) merupakan sebuah komunitas yang bergerak dibidang konflik dan perdamaian di kalangan anak muda (youth). FPG yang lahir di Kupang pada 13 Maret 2010 adalah bagian dari suatu bentuk respon positif terhadap sejumlah konflik horizontal mahasiswa maupun siswa. Hal ini juga tidak dapat dilepaspisahkan dengan peranan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana (Faperta-Undana). Cikal bakal lahirnya FPG dimulai dari sebuah Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa (LKMM) yang diadakan di Aula SPP Lili Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang pada 27-29 November 2009.
Salah satu materi yang menarik peserta LKMM yakni Mahasiswa Membangun Gerakan Perdamaian yang disampaikan Bung Silvester Ndaparoka, SP ( Staff American Friends Service Committee – Indonesia di Kupang). Pemateri kemudian memberikan tantangan kepada peserta untuk tidak hanya berbicara tetapi bertindak. Hal ini kemudian dilanjutkan dengan diikutsertakannya dua orang mahasiswa Faperta dalam 2nd Annual Youth Gathering dengan tema Aksi Pemuda sebagai Agen Perdamaian yang diselenggerakan American Friends Service Committee (AFSC) di Jogjakarta. Dengan semangat cinta damai itu kemudian menghadirkan inisiator untuk membentuk komunitas ini.
Demikian disampaikan, Koordinator Flobamora Peace Generation, Marthen Watrimny di sela-sela pembukaan Flobamora Peace Field Trip 2010, Aula Faperta Sabtu (5/06).
FPG bersifat terbuka untuk semua orang yang peduli dan concern terhadap perdamaian. FPG membutuhkan mereka yang mau bekerja untuk perdamaian. Sehingga kedamaian dan ketentraman di Bumi Flobamora tetap terjaga sampai kapanpun.
Kegerakan ini juga merupakan suatu bentuk respon positif kami terhadap berbagai tindakan dan aksi anarkis sekelompok kaum muda baik di lingkungan kampus maupun masyarakat yang secara langsung mengancam dan menganggu ketertiban yang selama ini menjaga suatu tatanan kehidupanan yang aman, damai dan tentram.
Marthen Watrimny menjelaskan, sampai dengan saat ini telah terbentuk empat Peace Generation secara nasional seperti Aceh Peace Generation, Jogjakarta Peace Generation, Moluccass Peace Generation serta Flobamora Peace Generation.
“Kami mempunyai visa yang sangat besar namun yakni Terwujudnya generasi damai di Bumi Flobamora. Sedangan misinya, sebagai gerakan pemuda secara kreatif mengembangkan sumber daya serta menjadi bagian dalam memperkenalkan tindakan-tindakan preventif dan menawarkan alternatif penyelesaian konflik nirkekerasan pada pemuda di Nusa Tenggara Timur, oleh karena itu kami sangat mengaharapkan dukungan dari masyarakat maupun pemerintah.
Nilai-nilai yang menjadi dasar pemikiran dan aktivitas Peace Generation : Youth, dimaknai sebagai spirit personil Peace Generation yang aktif, kreatif, dan dinamis sesuai dengan jiwa muda., Pluralism, bahwa pada dasarnya manusia diciptakan dengan latar belakang berbeda-beda, sifat, kondisi fisik dan psikis yang berbeda. Perbedaan ini menandakan bahwa tiap individu mempunyai potensi unik yang berbeda pula. Nilai ini berintisari bahwa perbedaan tidak sekedar diketahui (to be revealed), tetapi perlu ada penghargaan (respect), dan pemahaman (understanding) sehingga perbedaan menjadi bagian dari aktivitas sehari-hari., Non Violence, bahwa dalam setiap aktivitas maupun respon terhadap konflik yang terjadi di masyarakat, Peace Generation berusaha untuk menggunakan alternatif-alternatif penyelesaian masalah dengan cara nir-kekerasan., Participation, berlandaskan pada kesadaran bahwa Peace Generation adalah bagian dari masyarakat sehingga berbagai aktivitas yang dilakukannya merupakan wujud partisipasi dan apresiasi kepada lingkungannya. Participation juga menjadi acuan bahwa Peace Generation merupakan wahana partisipasi dan aktualisasi anggota dalam rangka memberikan kontribusi positif kepada masyarakat.
Sementara itu, Ketua Panitia Flobamora Peace Field Trip 2010, Erna Suek mengatakan, kegiatan field trip ini merupakan kegiatan kedua FPG, setelah Bulan April 2010 lalu FPG laksanakan training bagi 8 orang inisiator. Lokasi kunjungannya antara lai, Dekranasda Kota Kupang, TMP Dharmaloka, Central Tenun Ikat Ina Ndao serta Museum NTT.
Dikatakan Erna Suek, kecintaan akan budaya serta pengetahuan akan nilai-nilai sejarah bangsa ini terutama di kalangan pemuda dapat dikatakan sangat minim dan merosot. Kemerosotan ini merupakan tanggapan balik terhadap berkembang ilmu pengetahuan dan teknologi yang membuat orang lebih tertarik untuk mengenal suatu alat ataupun benda baru yang dianggap canggih dan layak digunakan. Orang lebih cepat mengetahui sesuatu barang mewah cenderung bahkan cepat memilikinya sehingga kebanyakan orang tidak memiliki waktu, nyaris lupa untuk belajar akan budaya dan sejarahnya, daerahnya dan juga bangsanya sendiri.
Tujuannya Menginternalisasi nilai-nilai multikulturalisme di antara mahasiswa sehingga mereka memiliki kemampuan dan sikap responsif terhadap pihak lain yang memiliki perbedaan budaya, lingkungan sosial, latar belakang afiliasi politik, Mendorong terciptanya inklusifitas dan solidaritas diantara siswa sehingga membekali keterampilan untuk diterapkan sebagai tindakan dan sikap damai terhadap pihak lain, Sebagai ruang belajar budaya dan sejarah masing-masing daerah di Nusa Tenggara Timur (NTT) sehingga pengetahuan akan sejerah dapat diserap dan diketahui dengan jelas masing-masing peserta, Untuk lebih mengakrabkan kembali hubungan antar sesama mahasiswa. Hal ini menjadi penting karena akibat akitifitas kuliah dan kesibukan pribadi menyebabkan hubungan antar mahasiswa menjadi renggang, Merupakan ruang untuk mengenalkan dan menanamkan nilai-nilai Peace Generation yang tentunya akan menjadi ciri dan gaya hidup pemuda, Media sosialisasi dan pengrekrutan anggota baru FPG.
Peserta program ini ialah mahasiswa Faperta Undana. Syarat: terlibat di organisasi budaya ataupun sosial di baik di kampus dan masyarakat serta memiliki kemampuan dalam menjelaskan perbedaan latar belakang kehidupannya. Secara sosial, agama, identitas etnis, dan lain-lain. 30 peserta dan diselenggarakan oleh panitia dengan keanggaotaan 10 orang.
Flobamora Peace Field Trip 2010 ini terselenggara atas kerja sama Flobamora Peace Generation, American Friends Service Committee, dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar