“No future without forgiveness” yang berarti tidak akan ada masa depan tanpa pengampunan. Oleh kelahiran Yesus Kristus, Allah mendamaikan dirinya dengan semua manusia termasuk dengan Anak Didik , agar menjadi manusia baru di tahun yang baru.
( Pdt. Rio Fanggidae )
“ Berbahagialah kalian karena dosa dan kesalahanmu diketahui orang banyak sehingga kamu dididik ditempat ini daripada mereka yang kesalahannya tidak diketahui orang karena penghukuman bukanlah merupakan urusan manusia” (Bruder Nico Joseph OFM)
Pesan inspiratif yang begitu mendalam dari Pdt Rio dan Bruder Nico diatas begitu membekas di hati para hadirin natal bersama di LAPAS (Lembaga Pemasyarakatan) Anak – Kota Kupang yang berlangsung di Aula LAPAS pada hari Sabtu, 8 Januari 2011. Kedua tokoh agama ini saling mengkomplementary pesan satu sama lain dengan begitu sederhana dan mudah dipahami sehingga secara berulang para anak didik – sebutan terbaru untuk narapidana anak - menyambut serempak dengan kata amin....amin....amin...!
Adapun yang element yang datang bersuka cita bersama adik-adik LAPAS ini adalah teman-teman dari media cetak dan elektronik yang bernaung dalam AJI (Aliansi Jurnalis Independent) dan IJTI (Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia) [SCTV, AnTV, NTTonline, Antara, The Jakarta Post, Timor Ekpress, Kursor, Tabloit Lkurai, Tabloit Suara Flores, JARING, etc] ; sahabat NGO/masyarakat sipil [CIS Timor, Rumah Perempuan, Relawan KKP, WE CAN, Yayasan CEMARA, Badan Pemuda GMIT tingkat Sinode, Forum Pemuda Kristen NTT], kawan-kawan yang bergabung dalam Flobamora Peace Generation, AFSC Indonesia, Kepala LAPAS dan para staffnya, 53 anak didik serta para orang tua/keluarga bahkan ada juga pacar beberapa anak didik yang datang dan setia menemani sang kekasih meskipun sedang bermasalah secara hukum. Ke 53 anak didik ini memiliki latar belakang masalah yaitu pembunuhan, asusila (kekerasan seksual), dan pencurian. Mereka berasal dari suku Timor, Rote, Sabu, Alor, dan Flores. Sedangkan agama mereka adalah Kristen, Khatolik, dan Muslim. Perjumpaan varian-varian inilah yang membuat suasana hidup di LAPAS yang pluralistik dan terasa unik ibarat miniatur entitas Flobamora.
Natalan oekumene yang dikemas secara talk show ini begitu mengasikkan dan khas anak muda, karena tidak memakai liturgi yang kaku sehingga pada kesempatan pembuka diawali dengan dance ala new kids on the block selama 10 menit yang dinamai moderen dance sebanyak 5 anak didik yang kemudian dilanjutkan dengan bincang-bincang ala ‘Kick Andy’’ yang dipandu Umbu Joka (FPG) dengan meminta secara spontan 3 anak didik yaitu Bonan, Yefta, & Ones untuk mengutarakan makna natal dimata mereka dan harapan baru jika suatu waktu keluar dari LAPAS nantinya. Ketiga sahabat ini melontarkan resolusi hidup baru yang pada intinya sama yakni ‘’mereka mau menjadi anak muda yang lebih berguna bagi diri sendiri, orang tua, dan bangsa’’. Lalu, bincang-bincang ini diakhiri dengan suguhan suara vokal grup anak didik yang menyanyikan kidung pujian natal dan terasa makin meriah lantaran LAPAS Anak Band dengan vokalis bernama Bonan yang beragama muslim ini membawakan 2 tembang rohani natal dengan penuh penjiwaan. Sang vokalis mampu menyihir para hadirin untuk beramai-ramai bertepuk tangan memuji kebesaran Tuhan.
Suasana makin bersahaja dan membuat air mata terasa mau menetes tatkala seorang mama yang didaulat mewakili keluarga berkesempatan memberikan pesan buat anaknya Revaldo dan juga buat semua temannya. Dengan tegar ia mengharapkan agar anak-anak terus memperbaharui diri dan saat keluar nanti dapat menjadi anak yang kuat dan tekun, dan kembali hidup dijalan yang benar dan membanggakan orang tua, serta berguna bagi nusa dan bangsa terlebih bagi hormat & kemuliaan nama Tuhan.
Sambil santap siang bersama-sama, kembali aksi memukau ditunjukkan oleh LAPAS Anak Band yang membawakan 3 lagu berjudul Aishiteru, Percaya Padaku, dan Mars Anak LAPAS. Lagu-lagu bernada cinta dan cita ini memberi tanda bahwa inilah dunia anak muda yang dinamis.
Dipenghujung acara, tanpa dugaan sama sekali, anak-anak LAPAS rame-rame mendaulat FPG dan para jurnalis untuk menyuguhkan sebuah lagu. FPG yang diwakili oleh Eddy dan Erna Suek dengan petikan gitarnya berduet menyanyikan lagu holly night, sementara itu temans Jurnalis membawakan lagu lokal yang intinya menarasikan tanah Timor yang tercinta , dengan judul Flobamora.
Adapun yang element yang datang bersuka cita bersama adik-adik LAPAS ini adalah teman-teman dari media cetak dan elektronik yang bernaung dalam AJI (Aliansi Jurnalis Independent) dan IJTI (Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia) [SCTV, AnTV, NTTonline, Antara, The Jakarta Post, Timor Ekpress, Kursor, Tabloit Lkurai, Tabloit Suara Flores, JARING, etc] ; sahabat NGO/masyarakat sipil [CIS Timor, Rumah Perempuan, Relawan KKP, WE CAN, Yayasan CEMARA, Badan Pemuda GMIT tingkat Sinode, Forum Pemuda Kristen NTT], kawan-kawan yang bergabung dalam Flobamora Peace Generation, AFSC Indonesia, Kepala LAPAS dan para staffnya, 53 anak didik serta para orang tua/keluarga bahkan ada juga pacar beberapa anak didik yang datang dan setia menemani sang kekasih meskipun sedang bermasalah secara hukum. Ke 53 anak didik ini memiliki latar belakang masalah yaitu pembunuhan, asusila (kekerasan seksual), dan pencurian. Mereka berasal dari suku Timor, Rote, Sabu, Alor, dan Flores. Sedangkan agama mereka adalah Kristen, Khatolik, dan Muslim. Perjumpaan varian-varian inilah yang membuat suasana hidup di LAPAS yang pluralistik dan terasa unik ibarat miniatur entitas Flobamora.
Natalan oekumene yang dikemas secara talk show ini begitu mengasikkan dan khas anak muda, karena tidak memakai liturgi yang kaku sehingga pada kesempatan pembuka diawali dengan dance ala new kids on the block selama 10 menit yang dinamai moderen dance sebanyak 5 anak didik yang kemudian dilanjutkan dengan bincang-bincang ala ‘Kick Andy’’ yang dipandu Umbu Joka (FPG) dengan meminta secara spontan 3 anak didik yaitu Bonan, Yefta, & Ones untuk mengutarakan makna natal dimata mereka dan harapan baru jika suatu waktu keluar dari LAPAS nantinya. Ketiga sahabat ini melontarkan resolusi hidup baru yang pada intinya sama yakni ‘’mereka mau menjadi anak muda yang lebih berguna bagi diri sendiri, orang tua, dan bangsa’’. Lalu, bincang-bincang ini diakhiri dengan suguhan suara vokal grup anak didik yang menyanyikan kidung pujian natal dan terasa makin meriah lantaran LAPAS Anak Band dengan vokalis bernama Bonan yang beragama muslim ini membawakan 2 tembang rohani natal dengan penuh penjiwaan. Sang vokalis mampu menyihir para hadirin untuk beramai-ramai bertepuk tangan memuji kebesaran Tuhan.
Suasana makin bersahaja dan membuat air mata terasa mau menetes tatkala seorang mama yang didaulat mewakili keluarga berkesempatan memberikan pesan buat anaknya Revaldo dan juga buat semua temannya. Dengan tegar ia mengharapkan agar anak-anak terus memperbaharui diri dan saat keluar nanti dapat menjadi anak yang kuat dan tekun, dan kembali hidup dijalan yang benar dan membanggakan orang tua, serta berguna bagi nusa dan bangsa terlebih bagi hormat & kemuliaan nama Tuhan.
Sambil santap siang bersama-sama, kembali aksi memukau ditunjukkan oleh LAPAS Anak Band yang membawakan 3 lagu berjudul Aishiteru, Percaya Padaku, dan Mars Anak LAPAS. Lagu-lagu bernada cinta dan cita ini memberi tanda bahwa inilah dunia anak muda yang dinamis.
Dipenghujung acara, tanpa dugaan sama sekali, anak-anak LAPAS rame-rame mendaulat FPG dan para jurnalis untuk menyuguhkan sebuah lagu. FPG yang diwakili oleh Eddy dan Erna Suek dengan petikan gitarnya berduet menyanyikan lagu holly night, sementara itu temans Jurnalis membawakan lagu lokal yang intinya menarasikan tanah Timor yang tercinta , dengan judul Flobamora.
Apa yang bisa ditindak lanjuti ?
Penjara bukanlah tempat yang hina, sebab ada begitu banyak aktor penentu perubahan di dunia justru terlahir dari penjara, tulisan-tulisan yang dikemas dalam buku-buku best seller ditulis dari dalam penjara “ kata Jemris Fointuna – Pimpinan AJI Kota Kupang. Statement ini begitu memicu kita untuk berpikir kritis merumuskan kegiatan-kegiatan baru yang untuk jangka panjang. Lagian, Pimpinan LAPAS Bapak Heni Suyono menyatakan bahwa mereka membuka pintu selebar-lebarnya kepada pihak luar untuk memberi support kepada mereka dengan aksi yang makin terfokus dan berdimensi waktu jangka panjang.
• Pihak LAPAS sudah reformis yang ditandai dengan makin terbuka dengan pihak luar, tidak memakai pola militeristik, nomenclature anak penjara diganti dengan anak didik yang terlihat dengan adanya logo tutwuri handayani, perubahan kostum, etc. Ini berarti peluang emas bagi outsider seperti AFSC, AJI, IJTI, dan FPG untuk merumuskan bentuk dukungan selaras dengan mandat dan kapasitas masing-masing. Misalnya, AJI sudah menyatakan kesediaannya untuk membagi ilmu tulis-menulis yang bermuara pada pembuatan e-book dan IJTI (Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia) sudah melontarkan ide melatih pembuatan film dokumenter tentang kisah hari-hari di LAPAS. Kolaborasi program berskala 6-12 bulan bisa digagas bersama-sama.
• Memanfaatkan momentum Valentine Day untuk membentuk rasa saling percaya satu sama lain, terutama AFSC dan networks dengan pihak LAPAS, sekaligus menjadikan momen ini untuk membuat event besar yang melibatkan anak muda dari berbagai latar belakang termasuk anak didik LAPAS yang sudah mengorganisir diri dalam band, dancer, dan vocal grup. Joint Commitee sudah terbentuk yang diketuai oleh FPG dengan kepanitian yang terambil FPG, AJI, IJTI, dan 3 staff LAPAS. Spiritnya adalah berbagi kasih sayang dalam kebinekaan yang dalam bahasa kupang diformulasikan dengan kalimat ’’ Basodara Dong, Mari Katong Hidop Bae-Bae ”
Selamat natal 2010 dan mari menjalani tahun baru 2011 dengan semangat baru bagi Indonesia yang damai, bagi masa depan kebinekaan Indonesia.
Sumber : http://www.bina-damai.net/progress_detail.php/14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar