Minggu, 10 Oktober 2010

Mencari Arti Damai Di Atambua


Oleh : Benediktus Edy Jehamin*

Berawal dari sesuatu hal yang mendadak membuat banyak orang takut menjalani. Berbagai alasan dapat dilontarkan baik takut buat kesalahan, belum ada persiapan dan sebagainya. Namun dari hal yang mendadak inilah, banyak ilmu yang dapat ku petik, karena memang untuk menjadi seorang aktifis “tidak ada pernah kata mendadak”. Komitmen dan loyalitaslah yang menjadi “panglima” untuk menjunjung tinggi nilai-nilai organisasi maupun sebuah komunitas.
 Bagi Komunitas Flobamora Peace Generation (FPG) yang merupakan wadah dimana aku belajar menjalani relationship dan solidaritas dengan mengutamakan nilai cinta, kasih dan damai itu, akhirnya membuat aku berkeputusan saat itu untuk berangkat mewakili FPG ke Kota Atambua-Nusa Tenggara Timur, memenuhi undangan Kumpulan Relawan CIS Timor.
Perjalanan pun dimulai. Pagi itu, kira-kira pukul 04.45 Wita dengan rasa ngantuk yang luar biasanya, aku seakan dipaksa untuk sesegera mungkin menyiapkan diri untuk berangkat. Dibalik itu, suasana lingkungan sekitar dan suhu udara yang cukup dingin seakan mendukung aku untuk harus merebahkan diri di atas kasur lagi. Namun hal itu tidak aku lakukan.
Setelah siap semuanya, akupun berangkat menuju hal bus yang ada di sepanjang Jalan Timor Raya Oesapa. Tak lupa juga headset yang sudah kupasang di telingku siap menghibur aku hingga tiba nanti. Hanya selang 14 menit bus yang aku tumpangi mulai bergerak maju. Itu artinya tidak lama lagi aku menghirup  udara Kota Atambua.
Berangkat menuju Kota Atambua merupakan capaian tertinggi aku menjelajahi Pulau Timor. Pulau yang kaya dengan keanekaragaman hayati, minyak bumi, mangan, emas, marmer. Tidak hanya itu, kehidupan masyarakatnya yang ramah, santun alamnnya, serta limpah budayanya membuat aku berpikir dan terobsesi untuk bisa mengunjungi  kota-kota lainnya yang ada di Daratan Timor ini.
Kota Atambua yang selama ini  bisa ku lihat hanya dalam peta, dan dengan penuh kesabaran dan menempu waktu yang panjang akhirnya dapat ku datangi juga setelah menghabiskan ±8 jam perjalanan, melintasi ratusan sungai dan melewati jalan yang berbelok-belok serta jalan yang menanjak maupun menurun.
Bus yang aku tumpangi dengan agak perlahan mulai menuju Penginapan Emaus di Kota Atambua yang merupakan tempat kegiatan sekaligus tempat istirahat peserta. Peserta Workshop dengan tema Relawan Dame (Damai) ternyata banyak yang sudah tiba. Tanpa basa-basi akupun mulai berkenalan dengan para peserta lainnya.
Kegiatan ini dipenuhi dengan banyak konsep damai dan kami yang menjadi peserta di berih motivasi agar bisa menjadi relawan damai. Tetapi ada satu hal yang tidak akan saya lupakan dari kegiatan workshop adalah satu kutipan kalimat yang sangat menggugah hati saya sebagai orang muda yaitu ”Tidak cukup berbicara tentang perdamaian, orang mesti mempercayainya. Tidak cukup mempercayainya, orang mesti mengerjakannya,”
Pernyataan itu sangat menghujam keras ke dalam sanubari saya, selaku orang muda yang sering hanya berbicara tentang perdamaian, tetapi tidak pernah mewujudkan perdamaian.
Saya sadar bahwa saya salah satu dari orang muda  yang ruang geraknya tidak terbatas oleh waktu, saya sedikit kecewa  dengan orang muda jaman sekarang yang di mana mendifiniskan damai sebagai suatu keadaan yang tidak dibatasi sehinga mereka terjebak dalam arus hedonisme dan konsumerisme yang menyesatkan. Hal ini yang menyebabkan kerharmonisan kehidupan bersama tercorengi oleh tindakan destruktif yang di lakukan oleh orang muda.
Sekarang saatnya kita sebagai orang muda  gerakan harus berubah menjadi gerakan untuk menciptakan kehidupan yang damai dengan lingkugan, damai dengan orang lain dan damai dengan diri sendiri. Orang muda tidak lagi hanya memikirkan kesenaganya dan terlibat dalam pergaulan yang berisfat negatif, tetapi bagaimana menjadi agen dan motivator perdamaian agar terciptanya suasana yang sejahtera dan damai.
Saya pun berharapan agar orang muda bisa menjadi agen perdamain dan selalu membawa perdamaian kemana saja, sehingga dimanapun orang muda ada, disitupun damai ada.
PEACE !!!!!
*Aktifis Flobamora Peace Generation

2 komentar:

  1. damai itu bukan hanya kata-kata tapi butu tindakan nyata. bagamaina kita menunjukan kepada sesama bahwa kita ingin membawa damai dimana saja kita berada yaitu dengan perbuatan dan tingkah laku kita yang bisa membuat orang - orang di sekitar kita merasa damai

    BalasHapus
  2. selamat siang,,,, saya tertarik dengan kaos dr FPG,,,, tp klo bisa saya tau,,, flobamora itu singkatan dari apa,,,, dan artinya apa,,,, terima kasih ,,,,,,
    Jefri_MDC

    BalasHapus