Jumat, 18 Juni 2010

Martin Luther King, Jr.


Pendeta Martin Luther King, Jr., Ph.D. (lahir di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, 15 Januari 1929 – meninggal di Memphis, Tennessee, Amerika Serikat, 4 April 1968 pada umur 39 tahun) adalah penerima Nobel, pendeta Baptis dan aktivis HAM warga Afrika-Amerika. Dia adalah salah seorang pemimpin terpenting dalam sejarah AS dan dalam sejarah non-kekerasan pada zaman modern, dan dianggap sebagai pahlawan, pencipta perdamaian dan martir oleh banyak orang di seluruh dunia. Satu setengah dekade setelah pembunuhan terhadapnya pada tahun 1968, Amerika Serikat menetapkan sebuah hari libur untuk memperingatinya, Hari Martin Luther King.
King lahir di Atlanta, Georgia dari Pendeta Martin Luther King, Sr. dan Alberta Williams King. Dia menikah dengan Coretta Scott pada tanggal 18 Juni 1953. Dia lulus dari Morehouse College dengan gelar Bachelor of Arts (dalam bidang Sosiologi) pada 1948, dan dari Seminari Teologi Crozer di Chester, Pennsylvania dengan gelar Bachelor of Divinity (Sarjana Teologi) pada 1951. Dia meraih gelar Ph.D.nya dalam teologi sistematika dari Universitas Boston pada 1955.
King adalah seorang pendeta di Gereja Baptis Montgomery, Alabama yang berjuang melawan diskriminasi rasial. Pada tahun 1963, King memimpin demonstrasi pemboikotan bus di Birmingham. Pemboikotan itu dilakukannya tanpa menggunakan kekerasan. Ia mengikuti prinsip-prinsip Mahatma Gandhi yang melakukan perlawanan dengan menghindari kekerasan. Untuk beberapa tahun, ia membuat kesuksesan besar, tetapi secara berangsur-angsur orang-orang kulit hitam muda untuk menjauhinya karena mereka tidak dapat menerima antikekerasannya. Sebaliknya, King tidak pernah berhenti dan meluaskan programnya.

Pembelajaran Kontekstual "Belajar dari Erin Gruwel melalui Film Freedom Writers"

PengantarFilm Freedom Writers adalah film kisah nyata dari Erin Gruwell, yang berikisah tentang perjuangan seorang Guru dalam meotivasi siswanya untuk belajar. Kelas yang diampu Gruwell di ruang 203 adalah kelas unik yang berisi siswa-siswa yang terlibat dalam pergaulan geng dan kekerasan. Sebagian besar siswa terlihat apatis dan terkesan meremehkan Gruwell yang muda, perempuan dan berpostur kecil. Dengan berbagai cara ia mencoba memahami situasi hidup siswa sehingga dia bisa membaca cara berfikir dan mencari apa yang menjadi daya tarik bagi para siswanya. Demi menumbuhkan minat belajar, cara-cara konvensional dia tinggalkan, tetapi melakukan cara-cara yang paling memenuhi kebutuhan siswanya.
Pada akhirnya Gruwell berhasil merebut perhatian para siswanya. Dengan cara-cara yang tidak konvensional ia berhasil menggerakkan proses pembelajaran yang bermanfat untuk kehidupan para siswa. Keberhasilan ini tertuang dalam catatan-catatan yang berisi refleksi tentang kehidupan pribadi yang keras yang dialami para siswa. Hal yang paling penting adalah bagaimana mereka berhasil melakukan pembelajaran yang lebih tinggi untuk mengembangkan martabat kemanusiaan mereka dalam buku kumpulan tulisan “Freedom Writers”.

Kupang, Potret Pluralitas Kota Kasih

Oleh : Ridho Al-Hamdi
Sunday, 22 February 2009 21:07
Adalah pengalaman baru, saya bisa berkunjung ke ibu kota Nusa Tenggara Timur (provinsi yang memiliki 16 kabupaten dan kota) yang terkenal sebagai ”Kota Kasih” ini. Di pinggi-pinggir jalan selalu ada tulisan ”Kupang Kota Kasih”. Pengambilan istilah ”Kasih” merupakan singkatan dari Kupang Aman, Sehat, Indah, dan Harmonis. Mungkin inilah suasana kerukunan yang didambakan masyarakatnya. Perbedaan waktu antara Kupang dengan Indonesia bagian barat, satu jam lebih cepat.
Selain itu, hampir di seluruh lapisan bawah tanah Kupang adalah karang. Sebagian masyarakatnya memberikan julukan lain kepada Kupang sebagai kota karang. Karena lapisan karang itulah, air menjadi sulit untuk didapatkan, sekalipun hampir setiap hari hujan. Walaupun hujan sangat deras, tapi jarang terjadi banjir. Seorang aktivis kampus di Kupang mengatakan, tanah di utara Kupang ini turun satu sentimeter setiap tahun, tapi tanah di selatan Kupang naik satu sentimeter juga. ”Jadi, Kupang seimbang dan nggak akan tenggelam walaupun hujan lebat, he, he...” guraunya.

NTT


          Propinsi NTT dikenal sebagai daerah rawan kekeringan dan dalam tahun-tahun terakhir ini sering dilaporkan terjadinya keterlambatan musim hujan dan musim kemarau panjang. Kasus kerawanan pangan, gagal panen, dan gizi buruk sering dilaporkan terjadi hampir setiap tahun. Banyak organisasi, baik di tingkat lokal, nasional dan internasional telah memberikan bantuan dan melakukan banyak program. Akan tetapi, sepertinya masalah kerawanan pangan tersebut belum dapat dipecahkan sepenuhnya.
          Propinsi NTT mempunyai penduduk sekitar 4 juta jiwa yang mendiami 42 pulau dari 566 pulau yang ada. Ada empat pulau utama yang disebut Flobamora; yaitu Flores, Sumba, Timor dan Alor. Luas total propinsi NTT diperkirakan sekitar 47.350 km2 (2,5% dari seluruh luas Indonesia); yang utamanya berbentuk pegunungan dan perbukitan dengan sedikit daerah dataran. Secara administrasi, propinsi NTT mempunyai 16 kabupaten.
          Sebagai salah satu propinsi termiskin di Indonesia, propinsi NTT mempunyai penduduk miskin sebanyak 30%. Sebagian besar (>80%) penduduk bergantung penghidupannya pada pertanian, utamanya petani kecil. Umur harapan hidup adalah 63 tahun, yang merupakan umur harapan hidup terendah di Indonesia. Angka buta huruf juga yang tertinggi dibandingkan propinsi lainnya di Indonesia, yaitu 16%.

Selasa, 15 Juni 2010

Live In Begitu Nyata

(Refleksi terhadap Program MPG)
Oleh : Erna Suek**
Ditengah kesibukan disiang hari, hp ku berdering setelah dilihat ternyata aku dihubungi seniorku dengan mengabarkan bahwa aku akan berangkat ke Jogjakrta. Untuk mengikuti suatu kegiatan yang aku sendiri belum memahami maksud dan tujuannya seperti apa.
Tak pernah ada dalam pikiranku sebelumnya untuk aku harus berangkat ke Jogjakarta. Namun karena kegiatan ini yaitu aksi pemuda sebagai agen perdamaian, aku berada di Jogjakarta selama lima hari dari tanggal 29 Januari-2 Februari 2010. Dalam kegiatan tersebut banyak hal yang aku peroleh dari yang aku tidak dan belum sempat terpikirkan, akupun menjadi tahu banyak hal. Kegiatan kami disusun sistematis dan fleksibel dari hari ke hari yang sudah tentu menjadi rel bagi seluruh peserta. Kemasan acaranyapun tidak seformal kegiatan mahasiswa pada umumnya dimana diskusi antar peserta dilakukan layaknya dengan teman akrab sendiri serta dipandu panitia dan narasumber yang berkompeten sehingga nuasana diskusi tidak membosankan.
MAHASISWA NASIBMU KINI

(Untuk Almarhumah Sesilia Radja, Mahasiswi FISIP Undana)

Oleh Viktus Murin

---------------------
Kolumnis dan Wartawan, tinggal di Jakarta
----------------------

"BENTROK fisik antara mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri Nusa Cendana dan mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Kupang di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Senin (17/11/2008), menyebabkan satu orang tewas dan sembilan luka-luka. Peristiwa itu berawal dari saling ejek" (Kompas, Selasa 18/11).
Menyimak lead berita di atas, batin kita miris. Hati kita sedih bukan kepalang. Akal sehat kita serta-merta menggugat. Apa sesungguhnya yang sedang terjadi dengan para mahasiswa di negeri tercinta ini? Bentrokan mahasiswa bersenjatakan batu-kayu menjadi semacam fenomena. Hanya berhitung jam dengan bentrokan mahasiswa di Kupang, tawuran mahasiswa pun pecah di Makassar-Sulawesi Selatan, Senin (17/11/2008), yang melibatkan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar (UMM).

Minggu, 13 Juni 2010

Damai Itu, Ada Dipersimpangan Jalan (Catatan Kristis Terhadap Sejumlah Konflik di NTT)

Oleh : Marthen Watrimny**

Setelah mengikuti kegiatan 2nd Annual Youth Gathering di Jogjakata yang dilaksanakan American Friends Service Committee (AFSC) pada akhir Januari 2010, banyak sekali hal baru yang kemudian diadopsi menjadi kekayaan intelektual pribadi saya. Seiring dengan waktu, kegiatan yang dikemas begitu indah, santun dan olek serta fleksibel itu pun berakhir. Tentunya dengan menghasilkan berbagai point harapan dan rekomendasi untuk semua peserta dari berbagai komunitas seperti Jogjakarta Peace Generation (JPG), Aceh Peace Generation (APG) dan Molluccas Peace Generation (MPG). Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana, Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Comunnity Creativitas Para Muda (Cikrip) yang terletak di Idi, Aceh Timur, Nangro Aceh Darussalam (NAD).
Ada doktrin dan pemahaman yang ditanamkan dalam diri semua peserta yang tentunya bermuara pada pentingnya kedamaian itu dalam sebuah kehidupan yang sesungguhnya. Namun ada pertanyaan besar yang mengganjal dalam hati saya, kenapa sampai semua orang berbicara Peace (damai), apakah ini merupakan sebuah kebutuhan, benarkah damai itu ada dipersimpangan jalan ?

Kamis, 10 Juni 2010

Flobamora Peace Field Trip 2010

Pose Bersama : Direktris Central Tenun Ikat "Ina Ndao", Dorce Lussi saat pose bersama peserta Field Trip dari Komunitas Flobamora Peace Generation. Sabtu (6/Juni 2010). Foto : Mas Boim
          
          Flobamora Peace Generation (FPG) merupakan sebuah komunitas yang bergerak dibidang konflik dan perdamaian di kalangan anak muda (youth). FPG yang lahir di Kupang pada 13 Maret 2010 adalah bagian dari suatu bentuk respon positif terhadap sejumlah konflik horizontal mahasiswa maupun siswa. Hal ini juga tidak dapat dilepaspisahkan dengan peranan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana (Faperta-Undana). Cikal bakal lahirnya FPG dimulai dari sebuah Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa (LKMM) yang diadakan di Aula SPP Lili Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang pada 27-29 November 2009.
            Salah satu materi yang menarik peserta LKMM yakni Mahasiswa Membangun Gerakan Perdamaian yang disampaikan Bung Silvester Ndaparoka, SP ( Staff American Friends Service Committee – Indonesia di Kupang). Pemateri kemudian memberikan tantangan kepada peserta untuk tidak hanya berbicara tetapi bertindak. Hal ini kemudian dilanjutkan dengan diikutsertakannya dua orang mahasiswa Faperta dalam 2nd Annual Youth Gathering dengan tema Aksi Pemuda sebagai Agen Perdamaian yang diselenggerakan American Friends Service Committee (AFSC) di Jogjakarta. Dengan semangat cinta damai itu kemudian menghadirkan inisiator untuk membentuk komunitas ini.

Proril FPG

Profile Flobamora Peace Generation

Flobamora Peace Generation (FPG) merupakan sebuah komunitas yang bergerak dibidang konflik dan perdamaian di kalangan anak muda (youth). FPG yang lahir di Kupang pada 13 Maret 2010 adalah bagian dari suatu bentuk respon positif terhadap sejumlah konflik horizontal mahasiswa maupun siswa. Hal ini juga tidak dapat dilepaspisahkan dengan peranan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana (Faperta-Undana).